Oleh : WINARNO, S.Pt, MM
Mencermati berita dari
berbagai media masa akhir-akhir ini yaitu masalah Penyakit Flu Burung
sehingga tak kurang dari 4,7 juta ekor ayam di seluruh Indonesia yang terinfeksi virus flu
burung mati mendadak. Kematian tersebut adalah 0,5 persen dari populasi ayam
ras dan 0,4 persen terhadap populasi unggas nasional secara keseluruhan yang
berjumlah 1,3 milyar ekor. Terdiri dari ayam buras 287,3 juta ekor; ayam ras
petelur 85,1 juta ekor; ayam ras pedaging 917,7 juta ekor dan itik 48,1 juta
ekor.
Berita yang cukup
menghebohkan dan menyita perhatian tersebut ternyata menyisakan derita kerugian
triliunan rupiah pada usaha peternakan ayam ras, sedangkan disisi lain muncul
kekhawatiran bagi sebagian masyarakat terhadap adanya kasus tersebut yang
berakibat menurunnya omset penjualan ayam pedaging/ unggas. Seyogyanya
masyarakat tidak perlu panik atau cemas berlebihan, seandainya mereka
mengetahui secara benar apa dan bagaimana sesungguhnya penyakit flu burung
tersebut.
Mengenal
Penyakit Flu Burung
Penyakit Flu Burung atau
lebih dikenal dengan istilah Avian Influenza (AI) disebabkan
oleh virus inflenza tipe A dari berbagai subtipe. Sebenarnya avian
influenza bukan barang baru, tetapi sudah ditemukan di Amerika Serikat
pada tahun 1924. Secara garis besar virus influenza dibagi kedalam tiga
golongan yaitu A, B dan C. Tipe-tipe ini dibagi berdasarkan kandungan
protein Hemaglutinin (H) dan Neuraminidase (N)
yang terdapat pada permukaan virus. Virus influenza mempunyai subtipe H1 sampai
dengan H15 dan mempunyai pasangan N1 sampai dengan N9, itulah sebabnya penamaan
virus influenza menjadi subtipe HxNy (contohnya H5N1 dan H2N9). Kandungan kedua protein
ini yang menentukan apakah virus tersebut dari jenis yang mematikan atau tidak.
Protein N, selain menentukan tingkat patogen virus juga sebagai determinator (penentu)
jenis inang (host) virus, apakah virus tersebut hidup pada burung, itik,
babi atau bahkan pada manusia.
Virus flu burung mudah bermutasi dan
sifatnya sangat labil, bila menyerang pada manusia dapat berakibat fatal,
sehingga sering disebuthighly pathogenic avian influenza. Terdapat 2
sifat virus flu burung ini, yaitu antigenic shift yang
artinya virus betul-betul berubah bentuknya menjadi virus lain yang mungkin
lebih ganas kemudian yang satu lagi disebut antigenic draft artinya
virus bermutasi di dalam dirinya sendiri. Virus AI dapat bertahan untuk jangka
waktu lama dalam kotoran ayam (feses) dan air 32 hari. Virus ini sangat labil,
mudah berubah bentuk dari tidak ganas menjadi ganas atau sebaliknya.
Berdasarkan kasus-kasus terakhir dimana
virus yang biasa menyerang ayam/ unggas juga menjangkiti manusia, para peneliti
yakin telah terjadi mutasi pada protein H atau N virus sehingga virus tersebut
mampu hidup pada dua inang yang berbeda jenis.
Yang agak melegakan
adalah virus ini diduga tidak dapat menular dari manusia ke manusia. Kenyataan
bahwa penyakit flu burung ini tidak dapat menular antarmanusia dapat
disimpulkan bahwa virus H5N1 ini tidak dapat mewabah melalui medium udara.
Gejala-gejala penyakit
flu burung pada unggas : Terjadi gangguan pernafasan, jengger ayam berubah
menjadi berwarna biru, terdapat bercak-bercak merah pada kaki dan badan
bagian bawah, bengkak-bengkak pada muka, jengger dan pial. Tetapi harus diingat
bahwa penyakit lain yang menyerang unggas juga kadang-kadang menampakkan
gejala-gejala yang mirip penyakit AI diatas, sehingga kepastian adanya penyakit
AI tersebut harus dibuktikan melalui pemeriksaan dengan anti serum dan isiolasi
virus pada embrio tertunas.
Sedangkan gejala-gejala
penyakit flu burung yang menyerang pada manusia (mirip dengan gejala flu biasa)
yaitu demam, tidak enak badan, nyeri otot, sakit tenggorokan dan batuk. Jika
kondisi semakin memburuk panas menjadi tinggi, batuk makin berat dan berdahak
warna hijau, serta sesak nafas, bila kondisi makin berat biasanya penderita
hanya tiduran saja, tidak mampu beraktivitas, menurut para ahli bahwa tingkat
kematian akibat virus AI mencapai diatas 60 % sampai 100 % sebab masa inkubasi
virus yang menyerang pada manusia adalah selama 1- 3 hari.
Insiden
Flu Burung Dunia
Seperti yang
dilansir Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) bahwa wabah penyakit flu
burung (AI) pada tahun 2004 ini telah dideteksi menyerang 10 negara-negara di
asia yaitu : Vietnam, Thailand, Laos, Kamboja, Indonesia, Taiwan, Jepang,
Korsel, Pakistan dan China. Pada awal Februari 2004 sedikitnya 12.000 ekor ayam
dimusnahkan di Negara Bagian Delaware (AS) akibat penyakit AI tersebut,
meskipun tidak sampai menyerang manusia.
Penyakit ini telah
merenggut korban jiwa sedikitnya 19 orang meninggal dunia di negara-negara Thailand, Cina dan Vietnam. Sejarah mencatat bahwa
bahwa virus H5N1 sebelum menjangkiti manusia telah dikenal sebagai pembunuh
unggas dan babi di negara Skotlandia pada tahun 1959. Negara-negara yang
dilaporkan pernah terserang penyakit flu burung adalah Inggris pada tahun 1963,
Kanada 1966, Australia 1976,
Jerman 1979, Amerika Serikat dan Irlandia 1983, Pakistan dan Meksiko 1994, Hongkong
1997 (dikenal sebagai Flu Hongkong ).
Penyakit
Flu Burung di Indonesia
Departemen Pertanian RI
pada tanggal 25 Januari 2004 secara resmi mengumumkan adanya penyakit flu
burung tipe A (yang menyerang pada unggas dan babi) di Indonesia. Penemuan virus flu
burung ini adalah untuk pertama kalinya terjadi di Indonesia, karena sebelumnya belum
pernah ditemukan. Menteri Pertanian Bungaran Saragih menduga penyakit ini
terbawa oleh burung yang melakukan migrasi melalui wilayah Indonesia.
Mengutip laporan dari
Departemen Pertanian bahwa penyakit flu burung positip terjadi di Propinsi Jawa
Timur (13 Kabupaten), Jawa Tengah (17 Kabupaten), Jawa Barat (6 Kabupaten),
Banten (1 Kabupaten), DIY (3 Kabupaten), Lampung (3 Kabupaten, Bali (5 Kabupaten), Kalimantan Timur, Selatan dan Tengah
(masing-masing 1 Kabupaten). Di Propinsi Banten, kejadian penyakit flu burung
pada unggas baru ditemukan di Kabupaten Tangerang. Sejak akhir bulan Agustus
2003 sampai dengan akhir Januari 2004 menyebabkan kematian pada unggas
sedikitnya 4,7 juta ekor. Berkaitan dengan masalah tersebut, Presiden Megawati
Soekarnoputri pada tanggal 29 Januari 2004 telah menginstruksikan untuk
memusnahkan semua unggas yang terkena penyakit flu burung. Sebagai
kompensasinya pemerintah akan memberikan bibit secara gratis maksimal 5.000
ekor untuk setiap peternak, dengan persyaratan tertentu. Sementara itu DPR
(melalui Komisi III) telah menyetujui anggaran sebesar Rp 212 milyar
sebagaimana telah diajukan oleh Departemen Pertanian untuk menanggulangi wabah
tersebut.
Pemerintah, dalam hal
ini Departemen Pertanian pada bulan Oktober 2003 telah menugaskan Kelompok
Kerja Penyidik Penyakit Unggas Nasional (K2P2UN) yang terdiri dari Balai
Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV) Regional IV Yogyakarta, Balai
Penelitian Veteriner (Balitvet) Bogor, Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi
Obat Hewan (BPMSOH), Fakultas Kedokteran Hewan IPB, UGM dan UNAIR untuk bekerja
sejak bulan Oktober 2003. guna menyelidiki penyebab wabah penyakit
diatas. Hasil penyidikan K2P2 mengindikasikan bahwa penyebab kematian
ayam dalam jumlah besar tersebut adalah penyakit vvND (velogenic
viscerotropic Newcastle
Diseases) dan terdapat virus lain yang menyertainya.
Untuk menguji virus lain
yang menyertai ND tersebut telah dilakukan pemeriksaan anti serum yang
didatangkan dari Belanda. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa virus
tersebut adalah virus influenza tipe A atau avian influenza (AI).
Untuk lebih memastikan subtype dari virus influenza tersebut akan
ditindaklanjuti dengan pemeriksaan HI test dengan anti serum dari Inggris dan Australia.
Dari hasil ini pemerintah akan melaporkan kepada Organisasi Kesehatan Hewan
Dunia (OIE).
Dari hasil kajian K2P2UN
diatas, diketahui bahwa sampai sejauh ini virus tersebut belum terbukti menular
ke manusia. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah menjamin bahwa masyarakat
tidak perlu khawatir untuk mengkonsumsi daging ayam, telur dan produk unggas
lainnya sepanjang berasal dari ayam yang sehat dan telah melalui proses
pemasakan yang benar. Dari bukti ilmiah diketahui bahwa virus AI dalam
daging ayam mati pada pemanasan 80 oC selama 1 menit, sedangkan
pada telur ayam, virus tersebut mati pada pemanasan 64 oC
selama 4,5 menit. Apalagi kebiasan masyarakat di Indonesia yang memasak daging
atau telur lebih dari 5 menit, dengan suhu diatas 80 oC,
sehingga dapat dijamin keamanannya karena virus AI yang terdapat pada daging
ayam atau telur dapat dipastikan mati.
Langkah Operasional
Departemen Pertanian
Departemen Pertanian
memutuskan untuk melakukan enam langkah operasional. Pertama,
penerapan biosecurity yang mencakup upaya sanitasi dan hygiene di
tingkat farm (lokasi peternakan). Kedua, melakukan vaksinasi secara
khusus memakai strain lokal inaktif. Dalam keadaan darurat sekarang ini, bila
terjadi kekurangan produksi vaksin dalam negeri akan dilakukan impor vaksin
secara khusus dan sifatnya sementara dan terbatas. Ketiga,
pengawasan lalulintas baik antarpulau atau antarnegara. Khususnya dari daerah
tertular ke daerah aman. Sedangkan untuk lalulintas unggas antarnegara telah ditutup
pintu impor dari 10 negara endemik penyakit AI. Keempat,
melakukan public campaign dan awareness berupa
penyuluhan kepada masyarakat agar tetap tenang selain pengamanan konsumsi
pangan masyarkat khususnya daging ayam dan telur. Untuk memperoleh kemudahan
bagi masyarakat yang memerlukan informasi yang tepat dari Departemen Pertanian
telah dibuka hotline atau semacam crisis centre pada
nomor telepon (021) -7813068, 78830617.
Kelima, melaksanakan depopulasi (pemusnahan)
secara selektif terutama pada unggas yang mati sakit dan yang berada dalam satu
kandang dengan unggas yang sakit. Keenam, monitoring dan evaluasi
melalui laboratorium-laboratorium dan mengirimkan satuan tugas (satgas) ke
lapangan.
Mengantisipasi
Penyakit Flu Burung
Pada umumya yang mudah
terinfeksi virus flu burung ini adalah para pekerja atau orang-orang yang
sering kontak secara langsung dengan unggas yang terinfeksi pada kawasan usaha
peternakan (umumnya ayam ras petelur, jarang terjadi pada ayam ras pedaging)
dimana sanitasi lingkungannya sangat buruk, disertai cuaca yang dingin. Virus
flu burung yang menyerang manusia ditularkan melalui cairan atau kotoran unggas
yang terinfeksi. Pada beberapa kasus penyakit flu burung yang menyerang manusia
di negara-negara Asia diduga ada keterkaitan
antara manusia, babi dan unggas yang hidup berdampingan pada satu kawasan /
daerah yang sama.
Beberapa kejadian
penyakit flu burung di Indonesia
yang menyerang unggas pada umumnya adalah ayam ras petelur, dimana umur ayam
tersebut lebih dari 5 bulan sehingga daya tahan tubuhnya berkurang. Pada ayam
ras pedaging (broiler) jarang ditemukan karena pada umur 30 - 40 hari sudah dipotong.
Untuk melakukan
antisipasi terhadap resiko penularan penyakit flu burung ini dapat dilakukan
upaya pencegahan antara lain : (a) Ayam/ unggas yang positip terserang penyakit
AI harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau dikubur; (b) Melakukan sanitasi
lingkungan kandang serta hal-hal yang berhubungan dengan usaha peternakan ayam;
(c) Membuang kotoran ayam 2 hari sekali; (d) Kecuali yang berkepentingan,
dilarang keluar-masuk lokasi peternakan ayam; (e) Melakukan vaksinasi pada
ayam/ unggas di sekitar lokasi yang terkena penyakit AI, pada jarak radius 1
kilometer; (f) Memutus rantai awal sumber penularan dengan memusnahkan (stamping
out) pada unggas yang terinfeksi sesuai prosedur.
Upaya pencegahan
terhadap manusia dapat dilakukan dengan cara : (a) Hindari kontak langsung
dengan unggas yang terinfeksi; (b) Hindari mengkonsumsi daging/ telur yang
tidak dimasak secara sempurna; (c) Seperti halnya penanganan terhadap penyakit
flu pada umumnya adalah istirahat, makan dan minum yang cukup, serta olah
raga; (d) Bagi penderita flu usahakan jangan menularkan pada orang lain, tutup
mulut jika batuk serta gunakan masker bila perlu.
Selain hal-hal tersebut
upaya pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan karantina pada peternak yang
terinfeksi, dilakukan pencegahan penularan antar kawasan peternakan melalui
alat peternakan, kendaraan, makanan, kandang, dan pakaian khususnya apabila
udara dingin (musim hujan).
Kita semua berharap
semoga kejadian penyakit flu burung di Indonesia dapat segera diatasi oleh
pemerintah, tentu saja dengan dukungan seluruh lapisan masyarakat, khususnya
para peternak dengan cara segera melaporkan setiap kejadian penyakit hewan/
ternak kepada petugas teknis peternakan, PPL maupun dokter hewan terdekat. ***04042004W1N***
Tidak ada komentar :
Posting Komentar